Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
Penulis Lepas Yogyakarta
Kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang bertentangan dan menjadi nilai perbuatan setiap orang. Kebaikan mendatangkan pahala sedang keburukan bernilai dosa atau balasan berupa keburukan. Namun pada kondisi tertentu, khususnya kebaikan memiliki makna tertentu.
Ustadz Abdullah Roy dalam kajian yang diselenggarakan dalam kanal Youtube pribadinya mengatakan kebaikan atau “al-birr” adalah segala hal yang baik zahir maupun bathin. “al-birr” atau kebaikan semua kebaikan seperti zikir, membaca al-Qur’an dan ketakutan kepada Allah termasuk juga menjauhi larangan Allah.
Adapun penyandingan “al-birr” dengan kata taqwa sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an memailiki makna spesifik; “al-birr” bermakna (menjalankan/mengamalkan) semua kebaikan sedang taqwa berarti takut kepada Allah sehingga menghindari larangan-laranganNya.
Ciri-ciri dosa: jika melakukannya jiwanya terguncang dan dia malu jika itu diketahui orang lain dan dia tidak suka jika orang melakukannya, maka ketahuilah kondisi ini adalah dosa.
Hal ini berlaku bagi orang yang terbiasa dalam ketaqwaan dan berhati bersih, dan tidak berlaku bagi orang fasik/terbiasa melakukan perbuatan dosa.
Dikisahkan suatu ketika Wabisoh menemui Rasul, sedang Rasul telah mengetahui, maka ditanyakan kepadanya: “apakah kau (Wabisoh) hendak bertanya tentang apa itu kebaikan (“al-birr”)?” Jawab Wabisoh: “ya!”
Rasul bersabda: “hendaklah kau bertanya kepada hatimu. Maka tatkala seseorang ketika mengalami keraguan maka jangan ragu untuk bertanya ahli dzikir atau ahli ilmu.
Tanda kebaikan dia tenang ketika dia melakukannya. Adapun untuk menetapkan suatu amalan adalah amal saleh, maka harus ada dalilnya. Tidak mengembalikannya kepada perasaan. Ini sebuah kaidah dalam membedakan perbuatan perintah larangan sebagai bentuk kesalehan.